Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorangturunan Pandawa yang mengabdi pada Prabu Sulakrama di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidapaksa diutus seorang bangsawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas. Obat pesanan sang prabu memang tidak diperoleh malah Sidapaksa jatuh cinta pada putri sang bangsawan yang bernama Sri Tanjung. Sidapaksa berhasil mempersunting Sri Tanjung yang memang cantik dan rupawan. Kecantikan Sri Tanjung terdengar pula oleh sang prabu dan berminat untuk berbuat yang tidak senonoh. Dicarinya akal untuk memperdaya Sidapaksa dengan diutus ke khayangan dengan maksud supaya dibunuh para dewa sesuai dengan surat yang dibawakan. Memang di khayangan Sidapaksa sempat dihajar oleh para dewa dan hampir saja dibunuhnya. Pada saat-saat kritis Sidapaksa menyebut-nyebut nama Pandawa, akibatnya ia tidak jadi dibunuh karena sebenarnya ia adalah keluarga sendiri. Sidapaksa kembali dari khayangan dengan selamat. Sementara Sidapaksa berangkat ke khayangan prabu Sulakrama mencoba menggoda Sri Tanjung tetapi tidak berhasil. Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakan bahwa selama ia pergi ke khayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarannya istrinya kemudian dibunuh. Diceritakan dalam perjalanan ke alam arwah roh Sri Tanjung naik ikan ( dalam versi lain diceritakan naik buaya putih ) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas. Di sana ia bertemu dengan Betari Durga, karena belum waktunya meninggal maka oleh sang betari ia dihidupkan kembali ke desa Prangalas. Tersebutlah Sidapaksa yang mengetahui bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah sebagaimana diucapkan sesaat sebelum merenggang nyawa, menjadi sakit saraf dan hampir-hampir saja bunuh diri. Kemudian datanglah Betari Durga yang menyuruh Sidapaksa ke desa Prangalas untuk menemui Sri Tanjung. Terjadi kesepakatan, Sri Tanjung bersedia kembali asal Sidapaksa dapat memenggal kepala Pranu Sulakrama. Permintaan tersebut dapat dipenuhi bahkan kepala sang prabu dijadikan alas kaki ( kaset = bah. Jawa ) Sri Tanjung. Mereka kemudian hidup bahagia
weeeee,,,,,,,saiki ku wes ngerti critane rek
BalasHapuscritane mirip Sang Kuriang jawa barat
BalasHapuspostingan terbaru mana..?
BalasHapus