Minggu, 21 Agustus 2011

Arca dwarapala candi Penataran

Seperti di komplek komplek percandian di jawa timur lainnya,dua buah arca batu ini selalu hadir terlihat sewaktu kita memasuki gerbang percandian.Memang fungsi kedua arca batu ini adalah penjaga pintu gerbang,dengan tampang yang menakutkan serta tangan yang membawa senjata gada, ditambah lilitan beberapa ekor ular menghiasi tubuhnya.Dikomplek candi Penataran ini terdapat 3 pasang Arca Dwarapala,dipintu gerbang utama yaitu pintu masuk komplek percandian,terlihat sepasang dwarapala setinggi 2 meteran.Dilapik arca ini terdapat pahatan angka 1242 saka atau 1320 masehi,diperkirakan pada tahun tersebut  komplek percandian ini diresmikan sebagai kuil negara,peistiwa ini terjadi ketika Raja Jayanegara memerintah Majapahit. Kedua pasang dwarapala lainya terletak beberapa meter di belakang pintu gerbang utama. Disekitar kedua pasang arca ini masih terlihat sisa sisa pondasi pintu gerbang yang terbuat dari susunan batu bata merah.Ini menunjukan bahwa di kompek candi ini dahulu terdapat 3 buah pintu gerbang yang dibangun dalam kurun waktu yang berbeda.Ini bisa diteluasuri sebagai berikut,agak jauh kebelakang terdapai candi induk yang dilengkapi dengan pintu gerbang dihiasi sepasang dwarapala agak kecil.Walaupun dilapik araca ini tidak terdapat pahatan angka tahun ,tetapi didalam halaman ini terdapat sebuah prasasti dengan pahatan angka 1119 saka atau 1197 masehi,yaitu sewaktu Raja Srengga memerintah di kerajaan kediri.Dari pintu gerbang candi induk,beberapa meter kedepan ,juga ditemui bekas pintu gerbang lengkap dengan sepasang dwarapala dengan tinggi satu setengah meteran,dilapik arca ini terpahat angka 1214 saka atau 1292 masehi.Dengan begitu bisa ditarik kesimpulan bahwa komplek candi penatara ini dibangun bertahap dalam kurun waktu yang lama,yaitu sekitar 250 tahunan.Kata DWARAPALA berasal dari bahasa jawa kuna yang terdiri dari 3 suku kata.Dwa berarti dua. Ra atau rakyan sebutan bagi seseorang,Pala atau Gupala yang artinya patung batu,bila dirangkaikan berarti sepasang arca batu.Nama ini identik dengan yang ada dalam cerita pewayangan,yaitu dua raksasa penjaga pintu gerbang di kahyangan yaitu pintu gerbang Selo Matangkep.Cerita ini terdapat pada kisah wayang purwo yaitu kisah proses berdirinya kahyangan Jonggring Saloka.Dimana ketika Sang Yhang Betara Guru memerintah kahyangan mendapat serangan dua saudara kembar raja raksasa dari kerajaan Giling wesi.Kedua raksasa itu bernama Cingkara Bala dan Bala Upata,dua raksasa yang sakti mandra guna yang ingin menguasai kahyangan jonggring saloka.Namun kedua raja raksasa itu akirnya dapat ditahklukan oleh betara guru ,setelah kalah mereka dijadikan sebagai penjaga pintu gerbang kahyangan.Berdasarkan cerita tersebut,maka tak heran disetiap pintu gerbang suatu kerajaan atau tempat tempat pemujaan sering dilengkapi dengan sepasang penjaga pintu gerbang yang dinamai Dwarapala.                                                                                                                                               



      Seperti terlihat dalam gambar ini tampak terlihat dilatar belakang arca ini bekas pintu gerbang utama komplek candi penataran.                                                                                


  




  






 


  Bentuk lain arca penjaga pintu,patung raksasa dalam posisi berdiri ini berfungsi sebagai penjaga pintu masuk kebangunan pendopo,bukan didepan pintu gerbang.                                                                                   

                                      Daftar pustaka : Komplek percandian Penataran,oleh Suyono Wisnu Whardono  
                                          The history of Java,oleh Thomas Stanford  Raffles .
          Wayang Purwo,oleh S.Kardi.
            



                                                                                                                            


Jumat, 05 Agustus 2011

Bale Agung Candi Penataran

Aku lagi nampang disalah satu pintu masuk ke Bale Agung, pintunya ada 8 buah lho,dikiri kanan pintu masuk ini terdapat dua arca penjaga yang berupa arca Mahakala. Kalau kita akan memasuki pintu ini harus menaiki 7anak tangga,bale ini berukuran panjang 37 meter,lebar 18 meter dan tinggi 1,44 meter. Disekeliling tubuh bangunan bale agung ini dililiti hiasan patung naga yang kepalanya tersembul disetiap sudut sudut bangunan.Diatas rerumputan yang memenuhi bidang bale agung ini terlihat beberapa buah umpak batu,yang biasa untuk menyangga tiang bangunan,mungkin dahulu diatas lantai bale ini ada bangunan yang terbuat dari kayu.Seperti bale bale agung yang terdapat dipulau Bali,Bale Agung Candi Penataran ini berfungsi sebagai tempat musyawarah para Pendeta atau Pedanda.Coba perhatikan disetiap anak tangga dan dua bangunan pengapitnya yang berbentuk triangle betapa cantiknya susunan bangunan beserta ukirannya.Sungguh bentuk pintu masuk yang sangat indah yang pernah kulihat ,bekas bekas keindahan tersebut masih jelas terlihat ,walaupun disana sini banyak yang aus digerus jaman.   Photo koleksi : Galery Simpang.

Rabu, 29 Desember 2010

Sri Tanjung














Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorangturunan Pandawa yang mengabdi pada Prabu Sulakrama di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidapaksa diutus seorang bangsawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas. Obat pesanan sang prabu memang tidak diperoleh malah Sidapaksa jatuh cinta pada putri sang bangsawan yang bernama Sri Tanjung. Sidapaksa berhasil mempersunting Sri Tanjung yang memang cantik dan rupawan. Kecantikan Sri Tanjung terdengar pula oleh sang prabu dan berminat untuk berbuat yang tidak senonoh. Dicarinya akal untuk memperdaya Sidapaksa dengan diutus ke khayangan dengan maksud supaya dibunuh para dewa sesuai dengan surat yang dibawakan. Memang di khayangan Sidapaksa sempat dihajar oleh para dewa dan hampir saja dibunuhnya. Pada saat-saat kritis Sidapaksa menyebut-nyebut nama Pandawa, akibatnya ia tidak jadi dibunuh karena sebenarnya ia adalah keluarga sendiri. Sidapaksa kembali dari khayangan dengan selamat. Sementara Sidapaksa berangkat ke khayangan prabu Sulakrama mencoba menggoda Sri Tanjung tetapi tidak berhasil. Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakan bahwa selama ia pergi ke khayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarannya istrinya kemudian dibunuh. Diceritakan dalam perjalanan ke alam arwah roh Sri Tanjung naik ikan ( dalam versi lain diceritakan naik buaya putih ) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas. Di sana ia bertemu dengan Betari Durga, karena belum waktunya meninggal maka oleh sang betari ia dihidupkan kembali ke desa Prangalas. Tersebutlah Sidapaksa yang mengetahui bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah sebagaimana diucapkan sesaat sebelum merenggang nyawa, menjadi sakit saraf dan hampir-hampir saja bunuh diri. Kemudian datanglah Betari Durga yang menyuruh Sidapaksa ke desa Prangalas untuk menemui Sri Tanjung. Terjadi kesepakatan, Sri Tanjung bersedia kembali asal Sidapaksa dapat memenggal kepala Pranu Sulakrama. Permintaan tersebut dapat dipenuhi bahkan kepala sang prabu dijadikan alas kaki ( kaset = bah. Jawa ) Sri Tanjung. Mereka kemudian hidup bahagia







Sabtu, 25 Desember 2010

Bubuksah-Gagang Aking


 Adalah 2 orang bersaudara masing-masing dikenali dengan Bubuksah dan Gagang Aking. Kedua bersaudara ini bertapa untuk mencapai tingkat kesempurnaan hidup. Caranya memang berbeda dalam melaksanakan "laku", Bubuksah makan segala makanan sehingga badannya gemuk sedangkan Gagang Aking menjauhi makan minum sehingga menjadi kurus kering. 

Pada suatu ketika Betara Guru mengutus Kalawijaya yang sebenarnya juga seorang dewa yang menyamar sebagai harimau putih untuk menguji kedua kakak beradik terdebut. Kalawijaya mengatakan menginginkan daging manusia, ketika permintaan ini disampaikan ke Gagang Aking serta merta ditolaknya dengan alasan tak ada gunanya memakan Gagang Aking yang kurus itu. Sedangkan Bubuksah menyediakan dirinya untuk dimakan harimau putih karena dalam menjalankan "laku" juga memakan segala jenis makanan dan juga binatang-binatang. Harimau putih kemudian menjelma kembali menjadi Kalawijaya, Bubuksah dinyatakan lulus dalam ujian. Setelah meninggalkan rokh Bubuksah didukung di atas tubuh harimau tersebut sementara Gagang Aking akhirnya bergelantung di ekornya saja.










Sabtu, 27 November 2010

relief Hanoman Obong


Hanoman adalah satu pimpinan kera kepercayaan Sugriwa pada suatu ketika diutus ke Alengka tempat istana Rahwana untuk mencari Sita. Dengan jalan mendaki gunung kemudian menyeberangi lautan sampailah ia di istana Rahwana. Sementara Hanoman bersembunyi di atas pohon, kemudian setelah keadaan memungkinkan ia menyelinap ke dalam istana untuk menyerahkan cincin titipan Rama. Sewaktu keluar istana Hanoman kepergok penjaga istana sehingga terjadilah perkelahian. Hanoman mengamuk, merusak taman, kejadian ini kemudian dilaporkan kepada Rahwana. Bala bantuan dikirim, pertempuran sengit terjadi. Banyak korban berjatuhan bahkan Aksa anak Rahwana sampai patah tangannya. 
Pasukan berikutnya dipimpin oleh Indrajid yang mempergunakan panah luar ( panah berantai ). Dengan panah ini Hanoman berhasil dibelenggu, ekornya dibungkus kain kemudian dilumuri minyak terus dibakar.
Tentu saja membuat Hanoman meronta-ronta, dengan bergulung-gulung belenggu dapat dilepaskan. Dalam keadaan terbakar ekornya melompat kian kemari, melompat ke atas hubungan rumah sehingga seluruh istana terbakar. Suasana menjadi gempar, sebelum meninggalkan tempat Hanoman sempat berpamitan pada Sita. Hanoman kemudian lapor kembali ke Rama dan Laksmana. Sugriwa diperintahkan untuk mengerahkan pasukan kera. Dengan menembok samudra pasukan kera berhasil membuat jembatan yang menuju ke Alengka. Setelah persiapan selesai bala tentara kera dipimpin oleh Sugriwa, Laksamana dan Rama menyerang Alengka. 
Korban banyak berjatuhan di antara kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini Laksamana berhasil memanah Kumbokarno sehingga mati seketika. Pertempuran masih terus berlangsung untuk menumpas sisa-sisa pasukan.









Sabtu, 23 Oktober 2010

candi penataran.blitar

Penataran's temple is the largest and most importent Hindu temple complex in East Java. It lies just 10 km north of Blitar on the lower slopes of Mt. Kelud. Dedicated to the god siva, the temple was in use for at least three hundred years. From the 14 th. to 16 th. centurius. Most of the buildings which can be seem to day. However, were contructed during Majapahit's golden century.
We can see the beautiful reliefs, cureved on the teraces of the main temple and on the Pendopo's temple. It contens same Ramayana epics and local epics, for example, Kresnayana, Bubuksah, and Carangaking, Sudamala, and Sri Tanjung. Whereever, there are same fabels cureved on the bathroom, like Kancil Nyolong Timun ( litlle deer stoled cucumber ) and the ather fables.
To Be Continued.